• +62 812-8977-2256

  • info@mikti.id

ENG
ID
  • January 30, 2024
  • Fathur Rahman

Bisnis Startup EduTech di Masa Pandemi yang Menjanjikan

EduTech di Indonesia telah mencapai 44 dan masih akan terus bertambah. Beberapa startup EduTech yang terkenal di Indonesia adalah Quipper, Zenius, Ruangguru, Cakap, dan masih banyak lagi. Startup EduTech tersebut berhasil memikat hati para penggunanya dan mampu menjadi solusi dari permasalahan penggunanya saat belajar secara daring.

download-5-jpg1607090765.jpg

Pandemi COVID-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020. Kemudian pada tanggal 9 April, pandemi langsung menyebar ke 34 provinsi di Indonesia. Sehingga pemerintah mengambil tindakan tegas untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).


PSBB memberikan dampak kepada perusahaan dan juga kegiatan-kegiatan masyarakat, karena semua dibatasi dan dilakukan secara online atau jarak jauh. Hal ini juga berdampak pada Pendidikan di Indonesia. Selama PSBB beranglangsung kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring atau online class. Dikutip dari kompas bahwa upaya untuk penekanan penyebaran COVID-19 lebih dari 530.000 sekolah di Indonesia diberhentikan sementara aktivitasnya.


Namun, dengan adanya pemberhentian aktivitas sekolah untuk sementara dan kegiatan belajar mengajar yang akhirnya dilakukan secara online, ternyata hal tersebut mampu membawa dampak positif bagi perusahaan rintisan yang bergerak di bidang EduTech.


Teknologi informasi dan komunikasi dalam menyediakan layanan pendidikan sebagai aktivitas belajar di rumah memiliki potensi yang menjanjikan. Sehingga membuat pertembuhan EduTech semakin meningkat dengan cepat. Sehingga penggunaan EduTech akan terus dibutuhkan dalam jangka panjang.

Dikutip dari kompas bahwa pada Juni 2020 tercatat startup EduTech di Indonesia telah mencapai 44 dan masih akan terus bertambah. Beberapa startup EduTech yang terkenal di Indonesia adalah Quipper, Zenius, Ruangguru, Cakap, dan masih banyak lagi. Startup EduTech tersebut berhasil memikat hati para penggunanya dan mampu menjadi solusi dari permasalahan penggunanya saat belajar secara daring.


Selain itu, bisnis startup EduTech juga mampu membuat investor berbagai negara tertarik untuk melakukan pendanaan bagi EduTech dan melambungkan beberapa startup bahkan hingga melewati nilai valuasi US$ 1 miliar. Kemudian dikutip dari kompas bahwa dalam Business Resilience Wheel yang dikeluarkan Grant Thornton Indonesia pada kuartal pertama tahun ini juga disebutkan pentingnya opsi pendanaan sebagai salah satu strategi bertahan perusahaan di masa pandemi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan baik oleh para pelaku EduTech.


Oleh karena itu, para penggiat startup yang berencana untuk membangun startup pada bidang EduTech perlu memperhatikan dan mempertimbangkan secara matang dari mulai risiko yang dapat menyertai seperti regulasi, sikus pendanaan dan bagaimana dapat bersaing dengan para kompetitor startup EduTech yang sudah terkenal di Indonesia.